Kawasan Loka Wisata Baturraden terletak dekat kota Purwokerto, kurang lebih 15 kilometer kearah utara kota. Berada dikaki Gunung Slamet, tak heran bila udara sejuk dan segar ikut menambah daya tarik tersendiri untuk dikunjungi selain pemandangan alam kota purwokerto yang bisa dinikmati dari ketinggian 673m. Selain itu, objek wisata ini memiliki beragam pesona wisata, sebutlah dari air terjun, pemandian air panas, kolam renang dengan papan luncurnya yang berliku-liku, arena mainan anak, hingga kebun/taman binatang yang berisi binatang-binatang aneh/langka. Terdapat beberapa air terjun pada objek wisata ini, dimana air yang mengalir cukup deras diantara bebatuan cadas sungai yang membelah kawasan ini. Salah satunya merupakan tempat favorit bagai pengunjung karena berada dilokasi terbuka dengan genangan/tampungan air yang tidak begitu dalam, sangat cocok untuk untuk bermain air bagi tua dan muda.
Pemandian air panas yang ada juga terbagi menjadi dua bagian, yakni pemandian yang terletak dalam ruangan tertutup dan berada lebih dekat dengan pintu gerbang, atau pemandian air panas yang terletak +/- 500 meter dari pintu gerbang yang berupa sebah kolam pemandian terbuka dengan tiga buah pancuran air panas sehingga dikenal dengan sebutan pancuran telu (jawa, telu=tiga). Untuk mencapai pemandian pancuran telu ini, pengunjung mesti berjalan dulu kebagian dalam atau sisi lain dari bukit/lembah yang ada pada lokasi ini. Meskipun pemandian air panas pancuran telu ini berada ditempat terbuka, pengunjung mesti membayar uang lagi untuk masuk ke lokasi tersebut.
Didalamnya, terdapat pula petilasan mbah tapa angin yang konon dipercayai sebagai penemu pertama kawasan ini. Petilasan Mbah Tapa Angin ini berupa sebuah ceruk kecil mirip gua dengan bagian dalamnya sudah dilapisi dengan keramik putih. Bau dupa dan wangi bunga sesaji mendominasi ruangan ini, menghadirkan nuansa mistik yang tidak semua orang menyukainya. Nampaknya petilasan ini masih sering digunakan oleh penduduk sekitar atau pengunjung, untuk bersemedi atau "ngelap berkah".
Seperti layaknya pemnadian air panas lainnya, air pancuran telu dipercaya mengandung mineral-mineral yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit atau rematik. Warna batu yang coklat kemerah-merahan menunjukkan setidaknya air yang ada, kaya akan unsur belerang. Sebuah papan peringatan disalah satu sudut lokasi ini, berisi tulisan peringatan demi kesehatan, agartidak berendam lebih dari 15 menit. Bila pengunjung sudah selesai berendam air panas, bisa beralih mandi dibawah pancuran air dingin yang juga tidak jauh dari lokasi perendaman.
Secara keseluruhan, kawasan wisata baturaden memang cocok untuk sarana rekreasi keluarga, maupun terapi penyakit melalui air panas. Jalan menuju kelokasi wisata ini dari kota purwokerto berupa aspal mulus, sehingga bisa ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan. Jadi bila anda berkunjung ke Purwokerto, tidak adanya untuk singgah sejenak untuk berwisata di baturaden.
Legenda tentang Baturaden. Pada jaman dahulu, di sebuah Kadipaten hiduplah seorang pembantu yang bernama Suta. Pekerjaan atau tugas sehari-hari Suta adalah merawat kuda milik sang Adipati. Setelah selesai mengerjakan tugas, biasanya Suta berjalan-jalan di sekitar Kadipaten. Maksudnya, ia ingin lebih mengenal tempatnya bekerja.
Suatu sore, seperti biasanya Suta sedang berjalan-jalan di sekitar tempat pemandian atau disebut Taman Sari. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara jeritan wanita. Suta segera mencari arah jeritan tadi.
Akhirnya ia tiba di dekat sebuah pohon besar. Dilihatnya putri adipati menjerit di bawah pohon. Didekatnya ada seekor ular yang sangat besar sedang bergantung, mulutnya menganga siap untuk menelan putri yang sedang ketakutan. Suta sendiri sebenarnya sangat takut melihat ular tersebut.
Namun melihat keadaan putri adipati yang pucat ketakutan itu, timbul keberaniannya untuk membunuh ular tersebut. Diambilnya bambu yang cukup besar, dipukulnya kepala ular tersebut berkali-kali. Ular itu menggeliat kesakitan dan tidak lama kemudian, ular tersebut diam tidak bergerak.
Sejak peristiwa itu, putri adipati semakin akrab dengan Suta. Bahkan keduanya kini telah merasa saling jatuh hati dan berencana meningkatkan hubungan mereka ke tali pernikahan.
Hubungan kedua insan yang saling mencintai itu, akhirnya diketahui sang adipati, maka adipati menjadi murka. "Dia hanya seorang batur! Sedangkan dirimu adalah seorang raden, putri seorang adipati. Kau tak boleh menikah dengannya anakku!" kata sang adipati.
Mendengar kata-kata ayahnya, sang putri sangat sedih hatinya. Apalagi ketika mendengar kabar bahwa Suta dimasukkan penjara bawah tanah oleh sang adipati. Kesalahan Suta ialah karena berani melmar putri seorang adipati, yang berbeda derajat dan martabatnya di antara mereka.
Di dalam Penjara, Suta tidak diberi makan dan minum, bahkan ruang penjaranya digenangi air setinggi pinggang. Akibatnya Suta terserang penyakit demam. Mendengar kabar keadaan Suta, sang putri bertekad untuk membebaskan kekasihnya itu.
"Emban, aku harus bisa membebaskan Kang Suta. Kasihan dia, dahulu ia menolong saya. Saya telah berhutang nyawa kepadanya. Bantulah aku, Emban." kata sang putri kepada pengasuhnya.
Pengasuh tersebut mengetahui perasaan sang putri. Dia juga merasa iba mendengar keadaan Suta yang sedang sakit di penjara. Maka pengasuh tersebut diam-diam menyelinap di penjara bawah tanah. Akhirnya ia berhasil membebaskan pemuda malang itu dan dibawanya ke suatu tempat. Di sana sang putri telah menunggu dengan seekor kuda.
Kemudian dengan menunggang dengan seekor kuda, mereka berboncengan pergi meninggalkan Kadipaten. Dalam perjalanan keduanya menyamar sebagai orang desa, sehingga tidak dikenali orang.
Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh, sampailah keduanya di tepi sebuah sungai. Mereka beristirahat sejenak untuk melepas lelah. Sang putri merawat Suta yang masih sakit.
Berkat kesabaran dan ketelatenan sang putri merawat Suta dan beberapa hari kemudian pemuda itu akhirnya sembuh seperti sediakala.
Karena tempat mereka berhenti dirasa cocok bagi mereka. Maka keduanya memutuskan untuk menetap disana. Tempat tersebut kemudian dikenal dengan nama Baturaden, yang berarti Batur dan Raden.
Sumber : liburan.info
Pemandian air panas yang ada juga terbagi menjadi dua bagian, yakni pemandian yang terletak dalam ruangan tertutup dan berada lebih dekat dengan pintu gerbang, atau pemandian air panas yang terletak +/- 500 meter dari pintu gerbang yang berupa sebah kolam pemandian terbuka dengan tiga buah pancuran air panas sehingga dikenal dengan sebutan pancuran telu (jawa, telu=tiga). Untuk mencapai pemandian pancuran telu ini, pengunjung mesti berjalan dulu kebagian dalam atau sisi lain dari bukit/lembah yang ada pada lokasi ini. Meskipun pemandian air panas pancuran telu ini berada ditempat terbuka, pengunjung mesti membayar uang lagi untuk masuk ke lokasi tersebut.
Didalamnya, terdapat pula petilasan mbah tapa angin yang konon dipercayai sebagai penemu pertama kawasan ini. Petilasan Mbah Tapa Angin ini berupa sebuah ceruk kecil mirip gua dengan bagian dalamnya sudah dilapisi dengan keramik putih. Bau dupa dan wangi bunga sesaji mendominasi ruangan ini, menghadirkan nuansa mistik yang tidak semua orang menyukainya. Nampaknya petilasan ini masih sering digunakan oleh penduduk sekitar atau pengunjung, untuk bersemedi atau "ngelap berkah".
Seperti layaknya pemnadian air panas lainnya, air pancuran telu dipercaya mengandung mineral-mineral yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit atau rematik. Warna batu yang coklat kemerah-merahan menunjukkan setidaknya air yang ada, kaya akan unsur belerang. Sebuah papan peringatan disalah satu sudut lokasi ini, berisi tulisan peringatan demi kesehatan, agartidak berendam lebih dari 15 menit. Bila pengunjung sudah selesai berendam air panas, bisa beralih mandi dibawah pancuran air dingin yang juga tidak jauh dari lokasi perendaman.
Secara keseluruhan, kawasan wisata baturaden memang cocok untuk sarana rekreasi keluarga, maupun terapi penyakit melalui air panas. Jalan menuju kelokasi wisata ini dari kota purwokerto berupa aspal mulus, sehingga bisa ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan. Jadi bila anda berkunjung ke Purwokerto, tidak adanya untuk singgah sejenak untuk berwisata di baturaden.
Legenda tentang Baturaden. Pada jaman dahulu, di sebuah Kadipaten hiduplah seorang pembantu yang bernama Suta. Pekerjaan atau tugas sehari-hari Suta adalah merawat kuda milik sang Adipati. Setelah selesai mengerjakan tugas, biasanya Suta berjalan-jalan di sekitar Kadipaten. Maksudnya, ia ingin lebih mengenal tempatnya bekerja.
Suatu sore, seperti biasanya Suta sedang berjalan-jalan di sekitar tempat pemandian atau disebut Taman Sari. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara jeritan wanita. Suta segera mencari arah jeritan tadi.
Akhirnya ia tiba di dekat sebuah pohon besar. Dilihatnya putri adipati menjerit di bawah pohon. Didekatnya ada seekor ular yang sangat besar sedang bergantung, mulutnya menganga siap untuk menelan putri yang sedang ketakutan. Suta sendiri sebenarnya sangat takut melihat ular tersebut.
Namun melihat keadaan putri adipati yang pucat ketakutan itu, timbul keberaniannya untuk membunuh ular tersebut. Diambilnya bambu yang cukup besar, dipukulnya kepala ular tersebut berkali-kali. Ular itu menggeliat kesakitan dan tidak lama kemudian, ular tersebut diam tidak bergerak.
Sejak peristiwa itu, putri adipati semakin akrab dengan Suta. Bahkan keduanya kini telah merasa saling jatuh hati dan berencana meningkatkan hubungan mereka ke tali pernikahan.
Hubungan kedua insan yang saling mencintai itu, akhirnya diketahui sang adipati, maka adipati menjadi murka. "Dia hanya seorang batur! Sedangkan dirimu adalah seorang raden, putri seorang adipati. Kau tak boleh menikah dengannya anakku!" kata sang adipati.
Mendengar kata-kata ayahnya, sang putri sangat sedih hatinya. Apalagi ketika mendengar kabar bahwa Suta dimasukkan penjara bawah tanah oleh sang adipati. Kesalahan Suta ialah karena berani melmar putri seorang adipati, yang berbeda derajat dan martabatnya di antara mereka.
Di dalam Penjara, Suta tidak diberi makan dan minum, bahkan ruang penjaranya digenangi air setinggi pinggang. Akibatnya Suta terserang penyakit demam. Mendengar kabar keadaan Suta, sang putri bertekad untuk membebaskan kekasihnya itu.
"Emban, aku harus bisa membebaskan Kang Suta. Kasihan dia, dahulu ia menolong saya. Saya telah berhutang nyawa kepadanya. Bantulah aku, Emban." kata sang putri kepada pengasuhnya.
Pengasuh tersebut mengetahui perasaan sang putri. Dia juga merasa iba mendengar keadaan Suta yang sedang sakit di penjara. Maka pengasuh tersebut diam-diam menyelinap di penjara bawah tanah. Akhirnya ia berhasil membebaskan pemuda malang itu dan dibawanya ke suatu tempat. Di sana sang putri telah menunggu dengan seekor kuda.
Kemudian dengan menunggang dengan seekor kuda, mereka berboncengan pergi meninggalkan Kadipaten. Dalam perjalanan keduanya menyamar sebagai orang desa, sehingga tidak dikenali orang.
Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh, sampailah keduanya di tepi sebuah sungai. Mereka beristirahat sejenak untuk melepas lelah. Sang putri merawat Suta yang masih sakit.
Berkat kesabaran dan ketelatenan sang putri merawat Suta dan beberapa hari kemudian pemuda itu akhirnya sembuh seperti sediakala.
Karena tempat mereka berhenti dirasa cocok bagi mereka. Maka keduanya memutuskan untuk menetap disana. Tempat tersebut kemudian dikenal dengan nama Baturaden, yang berarti Batur dan Raden.
Sumber : liburan.info
Mau dapatkan artikel (berita/gambar/video), gossip & sensasi selebriti dan foto artis dari Gossip Blog SECARA PERCUMA / GRATIS setiap hari?
Daftarkan email anda [ di sini ]
Daftarkan email anda [ di sini ]
No comments:
Post a Comment